Primetimenews – Dalam rangka memperingati Hari Buruh Internasional, sebuah diskusi buku bertema “Jejak Perjuangan Serikat Pekerja 1945–1948: Relevansi dalam Perlindungan Tenaga Kerja Modern” digelar di Kodjo Coffee, Bandung, Sabtu (10/5).
Diskusi ini mengupas buku karya Jafar Suryomenggolo yang menggambarkan peran besar buruh di masa awal kemerdekaan.
Buku tersebut mengulas bagaimana buruh Indonesia pada masa pascakemerdekaan terlibat aktif dalam mengelola aset, menjalankan pabrik, serta membangun serikat pekerja di tengah tekanan politik dan militer saat itu.
Acara ini menghadirkan sejumlah pembicara, seperti Yayat Syariful Hidayat dari Dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan Pusat, akademisi UPI Muhamad Iqbal, dan Wakil Ketua KNPI Jabar E. Hasbi Nassarudin.
Yayat menyebut, perjuangan buruh di masa lalu menjadi refleksi penting bagi pekerja masa kini, terutama menghadapi tantangan pemutusan hubungan kerja (PHK) dan perubahan menuju era digitalisasi.
Ia menekankan pentingnya kolektivitas dan sinergi antara pekerja dan pengusaha agar tercipta pertumbuhan yang seimbang dan berkelanjutan.
Ia juga menegaskan bahwa pemerintah terus memperbaiki sistem ketenagakerjaan, termasuk melalui pembentukan dewan pengupahan dan lembaga tripartit nasional yang menjadi forum dialog antara buruh, pengusaha, dan pemerintah. Di sisi lain, BPJS Ketenagakerjaan hadir untuk menjamin hak-hak sosial pekerja, baik formal maupun informal.
Muhamad Iqbal menambahkan bahwa perjuangan buruh setelah kemerdekaan tidak mudah karena masih menghadapi agresi militer Belanda, meski mereka mulai bisa berpolitik dan membentuk serikat di berbagai sektor. Sementara Hasbi menyoroti persoalan buruh kekinian yang lebih banyak bersinggungan dengan regulasi, seperti kritik terhadap Omnibus Law yang dinilai tidak berpihak pada pekerja.
Menurutnya, buruh harus bertransformasi dari sekadar objek menjadi subjek dalam proses pembangunan, karena kesejahteraan buruh dan kemajuan dunia usaha adalah dua hal yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan.